Laman

Selasa, 18 Desember 2012

TIDAK DAMAI

FILOSOFI HIDUP 

Jika kita tidak damai menjalani kehidupan ini berarti kita mulai jauh dari jalan kebenaran dan iman ketuhanan


LELUCON

Suku Cadang Nomor 669

Seorang manajer sebuah bengkel kecil memiliki kesempatan untuk memesan suku cadang nomor 669 dari pabrik. Tapi ketika ia menerima itu ia melihat bahwa seseorang telah mengirimkan suku cadang nomor 699 sebagai gantinya.

Marah pada ketidakmampuan pabrik, ia segera mengirimkan bagian belakang suku cadang bersama dengan surat komplain.

Kurang dari seminggu kemudian, ia menerima kembali surat yang dia tulis dengan balasan hanya empat kata: "TINGGAL DIBALIK SAJA LABELNYA."



TIPITAKA

Kisah Bhikkhu-bhikkhu yang Berjumlah Banyak

Terdapatlah seorang perempuan yang sangat kaya bertempat tinggal di kota Kuraraghara, kira-kira berjarak 120 yojana dari kota Savatthi. Ia mempunyai seorang putera yang telah menjadi bhikkhu, namanya Sona. Pada suatu kesempatan, bhikkhu Sona berjalan melewati kota kelahirannya.

Pada waktu bhikkhu Sona pulang menuju Vihara Jetavana, ia bertemu dengan ibunya, dan ibunya mengundang bhikkhu Sona untuk menerima sejumlah besar persembahan. Mengetahui bhikkhu Sona dapat menguraikan Dhamma dengan baik, ibunya juga memohon bhikkhu Sona untuk membabarkan Dhamma kepadanya dan orang-orang lain di kota kelahirannya itu.

Bhikkhu Sona menerima permohonan tersebut. Ibunya membangun sebuah bangsal Dhamma yang dapat menampung banyak orang untuk mendengarkan khotbah Dhamma. Ibu itu juga mengundang banyak teman, tetangga, dan anggota keluarganya untuk hadir dalam pembabaran Dhamma tersebut. Ibu kaya itu meninggalkan rumahnya yang hanya dijaga oleh seorang perempuan pembantu rumah tangga.

Ketika pembabaran Dhamma sedang berlangsung, datanglah kawanan pencuri yang berjumlah sangat banyak ke rumah ibu kaya itu. Pemimpin dari kawanan pencuri itu sengaja pergi ke bangsal Dhamma, tempat pembabaran Dhamma sedang berlangsung, dan pemimpin itu berada dekat serta memperhatikan gerak-gerik si ibu kaya. Dengan melakukan hal itu sang pemimpin bermaksud agar dapat memberi kabar kepada anak buahnya untuk segera melarikan diri apabila ibu kaya itu pulang ke rumahnya.

Ketika pembantu rumah tangga si ibu kaya mengetahui banyak pencuri datang memasuki rumah majikannya, ia segera melaporkan hal itu kepada si ibu kaya, tetapi si ibu hanya menjawab: “Biarkan pencuri-pencuri itu mengambil seluruh uangku, saya tidak peduli, tetapi engku jangan kemari lagi, jangan mengganggu saya saat saya sedang mendengar Dhamma. Engkau sebaiknya kembali saja.”

Pembantu rumah tangga itu kembali ke rumah majikannya. Kemudian pembantu rumah tangga itu melihat para pencuri sedang mengambil barang-barang berharga terbuat dari perak milik majikannya. Pembantu rumah tangga itu kembali pergi menemui si ibu kaya di bangsal Dhamma, memberitahukan apa yang sedang dilakukan oleh para pencuri. Tetapi, pembantu rumah tangga itu mendapatkan jawaban yang sama seperti semula. Ia pulang kembali ke rumah majikannya.

Selanjutnya pembantu rumah tangga melihat para pencuri sedang mengambil barang-barang emas dan permata milik majikannya. Ia pergi kembali melaporkan hal itu kepada majikannya. Saat itu si ibu mengatakan : “O sayang, biarkanlah pencuri-pencuri itu mengambil apa yang mereka sukai; mengapa engkau datang kemari lagi dan mengganggu saya saat sedang mendengarkan Dhamma ? Mengapa engkau tidak pulang dan tinggal di rumah saja seperti apa yang sudah saya katakan padamu ? Janganlah engkau mengganggu kembali mendekati saya dan mengatakan perihal barang-barang atau pencuri-pencuri itu lagi.”

Pemimpin para pencuri yang berada dekat dengan si ibu itu mendengarkan semua perkataan yang sudah diucapkan oleh si ibu, dan ia benar-benar mengagungi keyakinan ibu itu terhadap Dhamma. Kata-katanya juga menjadikan dirinya berpikir, “Jika kami mengambil barang-barang orang yang bijaksana seperti ibu ini, kami benar-benar akan terkutuk, kehidupan kami akan mengalami kehancuran, dan bisa jadi badan kami akan hancur berkeping-keping.”

Pemimpin itu memperoleh penerangan batin, segera ia pergi ke rumah si ibu dan menyuruh anak buahnya untuk mengembalikan seluruh barang milik si ibu yang telah mereka ambil. Kemudian ia mengajak pengikut-pengikutnya ke tempat si ibu berada. Ibu itu sedang mendengarkan Dhamma dengan sepenuh hati di bangsal Dhamma.

Sona Thera mengakhiri pembabaran Dhamma-nya ketika hari menjelang pagi hari. Ia turun dari tempat pembabaran Dhamma (Dhamma-asana), dan menuju ke tempat duduk yang telah disediakan.

Pemimpin para pencuri mendekati si ibu kaya, perempuan bijaksana, memberi hormat kepadanya dan memperkenalkan dirinya. Ia juga mengatakan kepada si ibu bahwa ia bersama kawan-kawannya telah memasuki rumah si ibu dan mengambil barang-barang berharga tetapi ia telah mengembalikan seluruh barang itu sesudah ia mendengar kata-kata si ibu kepada pembantu rumah tangganya yang melaporkan kejadian pencurian itu. Sang pemimpin beserta para pengikutnya memohon si ibu untuk memaafkan segala perbuatan buruk yang telah mereka lakukan.

Selanjutnya mereka memohon kepada Sona Thera untuk diterima sebagai anggota Pasamuan Bhikkhu (Sangha). Setelah mereka ditahbiskan menjadi bhikkhu, sembilan ratus bhikhhu baru itu menjadi bimbingan meditasi dari Sona Thera, dan mereka pergi ke hutan untuk melatih diri bermeditasi di tengah-tengah kesunyian.

Dari jarak 120 yojana, Sang Buddha mengetahui kisah para bhikkhu itu, dan memberikan sinar kebijaksanaan kepada mereka sehingga seolah-olah Beliau berada di tengah-tengah mereka.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 368 sampai dengan 376 berikut :

Apabila seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih,
dan memiliki keyakinan terhadap ajaran Sang Buddha,
maka ia akan sampai pada keadaan damai (nibbana),
yang merupakan berhentinya hal-hal yang berkondisi (sankhara).

O bhikkhu, kosongkanlah perahu (tubuh) ini.
Apabila telah dikosongkan maka perahu ini akan melaju dengan pesat.
Setelah memutuskan nafsu keinginan dan kebencian,
maka engkau akan mencapai nibbana.

Putuskanlah lima kelompok belenggu pertama (dari sepuluh belenggu),
dan singkirkanlah lima kelompok kedua dari sepuluh belenggu).
Serta kembangkan lagi lima kekuatan (keyakinan, perhatian, semangat,
konsentrasi, dan kebijaksanaan) secara sempurna.
Apabila seorang bhikkhu telah bebas dari lima belenggu,
maka ia disebut seorang “Penyeberang Arus” (sotapanna).

Bersemadilah, O bhikkhu! Jangan lengah!
Jangan biarkan pikiranmu diseret
oleh kesenangan-kesenangan indria!
Jangan karena lengah maka engkau harus
menelan bola besi yang membara!
Dan jangan karena terbakar maka engkau meratap,
“O, hal ini sungguh menyakitkan!”

Tak ada samadi dalam diri orang yang tidak memiliki kebijaksanaan.
Dan tidak ada kebijaksanaan dalam diri orang yang tidak bersamadi.
Orang yang memiliki samadi dan kebijaksanaan
sesungguhnya sudah berada di ambang pintu Nibbana.

Apabila seorang bhikkhu pergi ke tempat sepi,
telah menenangkan pikirannya,
dan telah dapat melihat Dhamma dengan jelas,
akan merasakan kegembiraan yang
belum pernah dirasakan oleh orang-orang biasa.

Bila seseorang dapat melihat dengan jelas
akan timbul dan lenyapnya kelompok kebidupan (khandha),
maka ia akan merasakan kegembiraan dan ketentraman batin.
Sesungguhnya, bagi mereka yang telah mengerti
tak akan ada lagi kematian.

Pertama-tama inilah yang harus dikerjakan
oleh seorang bhikkhu yang bijaksana, yaitu :
Mengendalikan indria-indria, merasa puas dengan apa yang ada,
menjalankan peraturan-peraturan (patimokkha),
serta bargaul dengan teman kehidupan suci (sabrahmacari)
yang rajin dan bersemangat.

Hendaklah ia bersikap ramah dan sopan tingkah lakunya.
Karena merasa gembira
dalam menjalankan hal-hal tersebut,
maka ia akan bebas dari penderitaan.

Setiap akhir satu syair di atas dibabarkan, seratus dari sembilan ratus bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat.



VEGETARIAN

Hidup Lebih Nyaman Menjadi Vegan

Leigh-Chantele (33) seorang warga Australia sengaja datang ke Indonesia untuk mengkampanyekan Vegan. Ia akan menjadi pembicara dalam acaraFestival Vegan Food yang akan diselenggarakan oleh Indonesian Vegan Society (IVS) di Surabaya pada 21-24 Desember mendatang

Vegan adalah sebuah gaya hidup yang tidak mengonsumsi bahan makanan yang berasal dari hewan termasuk produk turunannya. Kaum vegan tidak mengasup susu dan telur. Sebagai gantinya ia hanya mengasup makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Magelang menjadi salah satu kota di Indonesia yang dikunjungi Elsi, sapaan akrab Leigh-Chantele. Di kota ini ia menjadi pembicara tentang Vegan di sejumlah tempat, seperti di Klenteng dan SMK Katholik Tarakanita.

Kepada wartawan saat jumpa pers di Montong Cafe & Guesthouse Mertoyudan beberapa waktu lalu, Elsi menuturkan ia datang ke Indonesia guna memenuhi undangan sebagai pembicara dalam seminar dan Festival Vegan Food Desember mendatang. Elsi mengaku dalam setiap seminar ia menceritakan pengalamannya menjadi seorang vegan. Menurutnya banyak nilai positif yang ia peroleh.

"Dua tahun pertama saya vegetarian, lalu beralih jadi vegan sampai sekarang. Saya melakukannya atas dasar etika dan kecintaan saya pada hewan dan alam ciptaan Tuhan. Saya tidak ingin menyakiti apalagi membunuh mereka," ujarnya.

Elsi yang juga seorang penyanyi dan penulis  di Australia ini mengungkapkan bahwa orang yang memakan segala sesuatu yang berbasis hewani, selain tidak sehat biasanya memiliki tingkat emosional lebih tinggi dan gampang marah jika dibanding dengan orang yang tidak makan daging.

"Kita jadi lebih nyaman hidup di tengah alam yang damai. Saya merasa binatang-binatang pun nyaman berada didekat saya karena mungkin mereka pikir saya tidak akan membunuhnya," seloroh wanita 33 tahun ini.

Hal itu kerap ia sampaikan dalam seminar-seminar nya. Baik seminar yang diselenggarakan di tingkat International maupun seminar yang telah digelar di beberapa kota di Indonesia, seperti Jogjakarta, Solo, Jakarta, Medan, Palembang, Denpasar dan Surabaya nanti.

Disamping baik untuk kesehatan tubuh, menjadi vegan juga berarti turut melestarikan alam, melindungi bumi dari pemanasan global. "Misalnya ketika kita memotong seekor sapi, kita pasti butuh tenaga atau orang untuk menyembelihnya. Jika sudah dipotong, kita butuh wadah pembungkus seperti plastik atau stereofoam, lalu disimpan di freezer yang pasti membutuhkan listrik dan freon. Kemudian jika kita akan mengkonsumsinya, masih harus dimasak yang tentu juga butuh energi yang lebih banyak," jelasnya.

Bagi Elsi yang berprofesi sebagai marketing sosial media ini tidak mudah mengkampanyekan pola hidup vegan kepada masyarakat. Tantangan terbesarnya adalah ketika harus mencari orang-orang yang memiliki pandangan sama tentang vegan. Tantangan lain yang harus dihadapi mengubah pandangan orang yang berpikir bagaimana manusia bisa hidup tanpa makan hewan, sedangkan hewan mengandung  protein dan lemak yang dibutuhkan tubuh.

"Padahal protein bisa kita peroleh dari kacang-kacangan, susu sapi bisa diganti dengan susu kedelai, dan masih banyak lagi penggantinya, dan semua itu tidak kalah lezat. Bahan makan itu banyak ditemui di Indonesia sebagai negara agraris," katanya.

Selama di Magelang, Elsi juga menyempatkan diri untuk mengunjungi sejumlah tempat wisata, seperti ke Candi Borobudur. Elsi juga mengaku senang bisa datang ke Magelang karena udara yang sejuk, nyaman, masyarakatnya pun ramah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar