Laman

Kamis, 02 Februari 2012

Jalan Menuju Masa Depan


FILOSOFI HIDUP

Ambil pelajaran dari masa lalu, tinggalkan sisanya. Jangan biarkan belenggu kesedihan menutup jalanmu menuju masa depan.


LELUCON

Peringatan Anjing Berbahaya

Ketika memasuki toko di sebuah kota kecil, ada orang asing yang melihat suatu tanda peringatan, "Bahaya! Hati-hati dengan anjing!" ditempelkan di pintu kaca. Di dalam, ia melihat anjing "berbahaya" yang sudah tua tertidur di lantai di depan meja kasir.

"Apakah itu anjingnya?" tanya pemilik.

"Ya, itu dia," terdengar jawabannya.

Orang asing itu sedikit geli. "Itu tentu tidak terlihat seperti anjing yang berbahaya bagi saya. Mengapa Anda menulis tanda seperti itu?"

"Karena," pemilik menjelaskan, "sebelum aku membuat tulisan itu, orang-orang sering tersandung anjing ini."


TIPITAKA

Kisah Kapila dan Ikan

Pada masa Buddha Kasapa, ada seorang bhikkhu bernama Kapila yang sangat terpelajar dalam Kitab Suci (Pitaka). Karena sangat terpelajarnya, ia memperoleh kemasyuran dan keberuntungan. Ia juga menjadi sangat sombong dan memandang rendah bhikkhu-bhikkhu lain. Bila para bhikkhu lain menunjukkan padanya apa yang pantas dan apa yang tidak pantas, ia selalu saja menjawab dengan pedas, “Berapa banyak yang kau tahu?” Hal itu menyiratkan bahwa ia tahu lebih banyak daripada bhikkhu-bhikkhu lain. Dengan demikian, lama kelamaan semua bhikkhu yang baik menjauhinya dan hanya bhikkhu-bhikkhu yang tidak baik berada di sekelilingnya.

Pada suatu hari Uposatha, ketika para bhikkhu mengulang ‘Peraturan Pokok’ bagi para bhikkhu (=Patimokkha), Kapila berkata, “Tidak ada apa yang dikatakan sebagai Sutta, Abidhamma, atau Vinaya. Tidak ada bedanya apakah kamu mempunyai kesempatan untuk mendengar Patimokkha atau tidak,” dan lain-lainnya. Kemudian ia meninggalkan para bhikkhu yang sedang berkumpul. Jadi, Kapila merupakan rintangan bagi pengembangan dan pertumbuhan Ajaran (Sasana).

Untuk perbuatan jahat ini, Kapila harus menderita di alam neraka (niraya) antara masa Buddha Kasapa dan Buddha Gotama. Setelah itu ia dilahirkan kembali sebagai seekor ikan di Sungai Aciravati. Ikan tersebut, seperti disebutkan di atas, mempunyai tubuh berwarna keemasan yang sangat indah, tetapi mulutnya berbau tidak enak yang sangat menusuk hidung.

Suatu hari, ikan tersebut ditangkap oleh beberapa nelayan dan karena sangat indah, mereka membawanya kepada Raja. Kemudian Raja membawa ikan tersebut kepada Sang Buddha. Ketika ikan itu membuka mulutnya, bau yang tidak enak dan sangat menusuk menyebar ke sekeliling. Raja bertanya kepada Sang Buddha, mengapa ikan seindah itu mempunyai bau yang sedemikian tidak enak dan menusuk hidung.

Kepada Raja dan para pengiringnya, Sang Buddha menjelaskan, “O Raja! Pada masa Buddha Kasapa, ada seorang bhikkhu yang sangat terpelajar, yang mengajarkan Dhamma pada lainnya. Karena perbuatan baik itu, ketika ia dilahirkan kembali pada kehidupan yang lain, meskipun sebagai seekor ikan, ia memiliki tubuh keemasan. Tetapi bhikkhu itu sangat serakah, sombong, dan memandang rendah orang lain; ia juga mengabaikan Peraturan Ke-bhikkhu-an (Vinaya), dan mencaci maki para bhikkhu yang lain. Karena perbuatan buruk ini, ia dilahirkan di alam neraka (niraya), dan sekarang, ia menjadi seekor ikan yang indah dengan mulut yang berbau busuk.”

Sang Buddha kemudian beralih kepada ikan itu dan bertanya apakah ia mengetahui ke mana ia akan dilahirkan kembali pada kehidupan yang akan datang. Ikan tersebut memberi isyarat bahwa ia akan masuk kembali ke alam neraka (niraya) dan ia dipenuhi dengan perasaan sangat sedih. Sebagai mana diperkirakan, pada saat kematiannya, ikan tersebut dilahirkan kembali di alam neraka (niraya), untuk menerima akibat perbuatan buruk lain.

Semua yang hadir mendengarkan kisah ikan tersebut menjadi terkejut. Pada mereka, Sang Buddha memberikan khotbah tentang manfaat mengkombinasikan antara belajar dengan praktek.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 334, 335, 336, dan 337 berikut ini :

Bila seseorang hidup lengah,
maka nafsu keinginan tumbuh,
seperti tanaman Maluwa yang menjalar.
Ia melompat dari satu kehidupan
ke kehidupan yang lain,
bagaikan kera yang senang mencari
buah-buahan di dalam hutan.

Dalam dunia ini,
siapapun yang dikuasai oleh
nafsu keinginan rendah dan beracun,
penderitaannya akan bertambah
seperti rumput Birana yang tumbuh dengan cepat
karena disirami dengan baik.

Tetapi barang siapa dapat mengatasi nafsu keinginan
yang beracun dan sukar dikalahkan itu,
maka kesedihan akan berlalu dari dalam dirinya,
seperti air yang jatuh dari daun teratai.

Kuberitahukan hal ini kepadamu:
Semoga engkau sekalian yang telah datang
berkumpul di sini memperoleh kesejahteraan!
Bongkarlah nafsu keinginanmu,
seperti orang mencabut akar rumput Birana yang harum.
Jangan biarkan Mara
menghancurkan dirimu berulang kali,
seperti arus sungai menghancurkan rumput ilalang
yang tumbuh di tepi.


VEGETARIAN

Diet Vegetarian Ampuh Tingkatkan EQ?

KESTABILAN emosi dan kesehatan jiwa memang sangat berkaitan. Dengan makanan yang baik dan tepat, maka emotional quotient (EQ) pun akan stabil. Lantas, cara seperti apa yang mesti ditempuh?

Diet vegetarian banyak dipilih orang sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Tak hanya menyentuh level selebriti tapi juga masyarakat biasa. Di luar sisi kesehatan dan kecantikan, diet vegetarian pun juga berpengaruh pada psikologis yakni kestabilan emosi. Dengan mengonsumsi sayuran dan tidak memakan daging, maka emosi diri jauh lebih terkontrol dan tidak meletup-letup, seperti dirilis Idiva.

Daging cenderung memberikan emosi yang meninggi karena penderitaan hewan bertahan ketika mereka disembelih. Selain itu, orang yang memasak dan pemakan makanan pun memiliki pengaruh pada makanan yang dikonsumsi. Amarah dan rasa dendam akan mengganggu si pengonsumsi daging. Hal ini tentu akan berpengaruh pula pada tingkat emosi.

Sementara itu, pola makan vegetarian memiliki proporsi lebih tinggi terhadap ketenangan jiwa. Beberapa komunitas bahkan menahan untuk mengonsumsi bawang merah dan bawang putih karena kedua bahan tersebut memiliki peningkatan terhadap proporsi komponen di tubuh.

Pada tingkat fisik di mana seseorang tersebut menjalani diet nonvegetarian tentu akan berpengaruh pada tubuh Anda. Hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kolesterol karena tekanan darah naik dan sebagainya. Sementara pada tingkat psikologis, peningkatan emosional tubuh dapat diminimalisir ketika seseorang melakukan diet nonvegetarian yang menyebabkan pengaruh pada pikiran negatif yang muncul, di antaranya pikiran seksual, keserakahan kemarahan, dan berbagai emosi negatif lainnya. Pasalnya dengan menjalani diet vegetarian, maka pikiran pun jauh lebih damai.

Ya, sedianya memang emosi Anda perlu dikendalikan dalam berbagai situasi. Misalnya, ketika rekan Anda mendapatkan promosi atau ketika Anda diremehkan atasan di depan orang lain. Kemarahan tentu menjadi hal wajar yang dilakukan. Namun, ketika Anda menjalani diet vegetarian, maka pikiran Anda jauh lebih tenang dan Anda pun kurang reaktif terhadap situasi semacam tersebut. Dalam jangka panjang, ketenangan pikiran tersebut mengarah pada emotional quotient.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar