Kamis, 29 November 2012
PENGERTIAN KEBAHAGIAAN
FILOSOFI HIDUP
Biarkan ketulusan menjadi teman aktivitasmu, keikhlasan menjadi warna hatimu, kesabaran mengalahkan masalahmu
LELUCON
Jangan Memuji Peralatan
Seorang fotografer amatir diundang untuk makan malam dengan teman-teman dan mengambil bersama beberapa gambar untuk ditunjukkan kepada nyonya rumah. Dia melihat foto-foto dan berkomentar,
"Foto ini indah sekali. Anda pasti memiliki kamera yang sangat baik!"
Dia tidak membuat komentar apapun, tetapi ketika ia meninggalkan untuk pulang katanya,
"Masakan tadi benar-benar lezat! Anda pasti memiliki beberapa panci yang sangat bagus!"
TIPITAKA
Kisah Dermawan Hasil Pertama Pekerjaannya
Ketika Sang Buddha bersemayam di Vihara Jetavana, Beliau membabarkan syair 367 Kitab Suci Dhammapada, berkenaan kisah seorang brahmana yang mempunyai kebiasaan berdana lima macam hasil pertama yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai seorang petani. Hasil pertama pertanian yang diberikan sebagai dana diambil pada saat panen, saat menguliti beras, saat menyimpan beras, saat memasak beras, dan saat menaruh nasi pada tempat nasinya.
Suatu hari Sang Buddha melihat brahmana dan isterinya itu dengan kemampun batin luar biasa Beliau dan Beliau mengetahui bahwa saatnya sudah masak bagi brahmana dan isterinya mencapai tingkat kesucian anagami. Oleh karena itu Sang Buddha berkunjung ke tempat tinggal mereka dan berdiam diri di dekat pintu rumah brahmana untuk berpindapatta.
Pada saat itu brahmana sedang makan sambil melihat ke bagian dalam rumahnya, sehingga ia tidak melihat Sang Buddha berdiri di dekat pintu rumahnya. Isteri brahmana yang sedang berdiri di dekat brahmana itu melihat Sang Buddha tiba, tetapi ia khawatir apabila suaminya melihat Sang Buddha berdiri di dekat pintu rumah untuk berpinda-patta, suaminya itu akan memberikan seluruh nasi yang ada pada tempat nasinya kepada Sang Buddha, sehingga ia harus menanak nasi lagi.
Dengan pikiran seperti itu wanita itu kemudian berdiri menghalangi penglihatan suaminya, sehingga suaminya tidak bisa melihat Sang Buddha.Kemudian wanita itu pelahan-lahan berjalan menghampiri Sang Buddha, ia menghormat dan berkata kepada Sang Buddha, “Bhante, kita tidak bisa berdana makanan pada hari ini.”
Tetapi Sang Buddha memutuskan untuk tidak beranjak dari tempat Beliau berdiri. Beliau hanya menggeleng-gelengkan kepala. Melihat hal itu, isteri brahmana tidak dapat menahan diri, ia ketawa.
Oleh karena itu brahmana membalikkan dirinya dan melihat Sang Buddha. Mengetahui apa yang dilakukan oleh isterinya itu, brahmana menangis keras-keras sambil berkata : ” O, isteriku yang buruk, engkau telah meruntuhkan aku.”
Segera brahmana mengambil tempat nasinya. Ia menghampiri Sang Buddha dan memohon maaf sambil berkata, “Bhante, silahkan menerima pemberian nasi ini meskipun saya sudah mengambilnya sebagian.” Kepada brahmana itu, Sang Buddha membalas, “O brahmana, nasi apapun sesuai buat Ku, apakah nasi itu belum diambil, atau sudah sebagian diambil, bahkan apabila masih tersisa satu sendok.”
Brahmana sangat gembira mendengar kata-kata Sang Buddha. Pada saat yang sama ia merasa berbahagia karena pemberian nasinya telah diterima oleh Sang Buddha.
Brahmana itu kemudian bertanya kepada Sang Buddha, bagaimana seseorang bisa dikenal, dan disebut sebagai bhikkhu. Sang Buddha mengetahui bahwa baik brahmana maupun isterinya telah siap mendengarkan ajaran Beliau perihal batin dan badan-jasmani.
Oleh karena itu Beliau menjawab, “O brahmana, seseorang yang tidak lagi terikat kepada batin dan badan-jasmani disebut bhikkhu.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 367 berikut :
Apabila seseorang tidak lagi melekat pada
konsepsi “aku” atau “milikku”,
baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani,
dan tidak bersedih terhadap apa yang tidak dimilikinya,
maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.
Brahmana dan isterinya mencapai tingkat kesucian anagami, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
VEGETARIAN
Jadikan Jumat Hari Vegetarian Indonesia
Ada beberapa menu yang terhidang di meja makan setiap hari, tetapi sejak kemarin aku mencoba untuk mengubah pola makan, yang tujuanku adalah mencoba melihat sisi lain pola hidup manusia. Hal tersebut menimbulkan niatku untuk menimbulkan niatku untuk menulis sedikit twit tentang vegetarian, meskipun hanya sekitar 5 twit, tetapi lumayan banyak mendapatkan respon positif.
Beberapa reply yang cukup menarik soal vegetarian disela-sela twitter tentang politik menjadikan aku tercetus ide untuk memulai hari Jumat sebagai Hari Vegetarian. Apa yang akan terjadi bila hal itu dilakukan diseluruh Indonesia? Pasti akan banyak plus minus atau pro kontra. Tapi kita lihat dulu hasilnya. Menurut pemikiran saya bisa terjadi hal-hal sebagai berikut.
Berapa sih konsumsi daging di Indonesia? Menurut datad ari ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia), rata-rata kebutuhan daging perkapita adalah 2,1 kg pada 2012 ini, atau menurut data sebelumnya adalah 448.800 ton untuk 365 hari, atau sekitar 1.230.000 kg daging / hari. Bila harga termurah daging sapi di angka 70 ribu, akan terdapat nilai Rp 86.100.000.000,- (86,1 miliar), itu baru dari daging sapi, belum dari menu lainnya, seperti ayam dan lain-lain.
Dalam setiap tahun terdapat 52 kali hari Jumat, yang itu berarti akan tercipta angka penghematan sebesar 52 x 86,1 miliar = 4.477.200.000.000,- (4,477 triliun). Nah bila kita menghitung untuk membuat sebuah sekolah yang standard dibutuhkan dana 10 miliar, maka akan mampu dibangun 447 sekolah dengan biaya masing-masing sekolahan senilai 10 miliar. Sebuah hitungan yang masuk akal hanya dengan menahan nafsu (mengurangi) makan daging pada hari Jumat / hari lainnya pada satu hari.
Hal lain yang akan terjadi adalah, bila hitungan ASPIDI kita kekurangan 72.290 ton daging sapi pada 2012 ini, kita bisa hitung, seberapa banyak daging bisa dihemat dengan mengalikan 1.230 ton x 52 hari = 63.960 ton daging bisa dihemat. Artinya pemerintah yang seharusnya mengimport 72.290 ton daging sapi, jadi turun hanya 8.330 ton setelah dikurangi 63.960 penghematan. Angka itu bisa hilang bila menambah 7 hari / seminggu lagi hari vegetarian.
Apa yang harus dilakukan untuk bisa melakukan itu? Dibutuhkan kerjasama di semua pihak dengan sosialisasi yang tepat, misalnya untuk semua hotel / restoran / rumah makan / pasar / supermarket /apapun yang menyediakan daging sapi, untuk tidak menghidangkan / menjual daging sapi pada hari jumat. Prakteknya tentu tak semudah teorinya, tetapi saya yakin bisa. Disini Indonesia tidak mengurangi jumlah produksi daging (ternak sapi) di Indonesia, tetapi menghilangkan import daging. Bila pemerintah mendorong masyarakat untuk beternak sapi, sehingga Indonesia justru menjadi eksportir sapi.
Di sini peternak sapi tidak dirugikan, yang dibutuhkan hanya proses adaptasi mengubah pola makan untuk tidak makan daging pada hari tertentu. hari apa saja bisa, tetapi saya melihat hari jumat adalah hari yang efektif. Karena hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur bagi sebagian pekerja, yang mana dimanfaatkan bagi mereka untuk berkumpul dengan keluarga dan makan-makan bareng, bahkan acara pernikahan kebanyakan dihari sabtu / minggu. Sedangkan hari Senin - kamis biasanya adalah hari yang banyak diisi dengan meeting / rapat (ini menurut pendapat saya saja), yang juga seringkali ada jamuan makan / makan bareng-bareng. Soal hari adalah teknis, ini hanya usulan.
Seberapa rugikah mereka pedagang makanan? Tentunya dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk adaptasi. Disini penjual makanan dengan bahan daging akan dituntut kreativitasnya dalam memilih resep alternatif. Atau bisa juga dijadikan hari libur khusus rumah makan yang hanya menyediakan menu daging.
Mungkin nggak sih semua itu terjadi?
Semua akan mungkin bila mau memulainya. Semoga tulisan ini dibaca mereka yang berwenang untuk menyalurkan ide saya ini. Jangan negative thinking dulu bila tidak setuju, toh dengan tidak makan daging sehari dalam seminggu, kita tetap sehat, masih ada ikan dan lain-lain yang gizinya sama. Kita negara dengan hasil laut yang sangat berlimpah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar