FILOSOFI HIDUP
Salah satu cara untuk memperbaiki diri adalah dengan mengenal rasa takut.
LELUCON
Disuruh Menyeberang Karena Penting
Suatu ketika, ada sebuah sungaiyang lebar. Di satu sisi sungai tinggal kelinci, dan di sisi lainnya hidup seekor beruang.
Suatu hari, beruang itu duduk di atas tunggul, menikmati makan buah. Lalu ia mendengar ada yang berteriak padanya, yaitu kelinci.
"Hei! Hei, Teddy, menyeberanglah ke sini. Aku punya sesuatu yang mau kutunjukkan padamu!"
"Jangan sekarang! Aku sedang makan."
"Oh, ayolah!" kata kelinci. "Ini benar-benar penting."
"Tidak mungkin."
"Ayolah. Ini mendesak."
Jadi beruang memutuskan untuk pergi menyeberangi sungai yang lebar itu. Dia memerlukan waktu berjam-jam untuk bisa menyeberangi sungai itu. Dia hampir tenggelam. Dan ketika ia akhirnya sampai di seberang dia mengerang dan terengah-engah, dan berbicara kepada kelinci,
"Nah, kelinci," dia terengah. "Apa yang ingin kamu beritahukan kepadaku?"
"Hei, Teddy," kelinci itu berkata, "lihatlah betapa banyaknya buah yang di seberang sungai."
TIPITAKA
Kisah Seorang Brahmana Tua
Suatu ketika, hiduplah di Savatthi seorang brahmana tua yang memiliki uang delapan laksa. Ia memiliki empat putra. Waktu setiap putranya menikah, ia memberi satu laksa kepadanya. Jadi, ia telah memberikan empat laksa. Kemudian istri brahmana tua meninggal dunia. Putra-putranya datang kepadanya dan merawatnya dengan baik. Kenyataannya, mereka sangat mencintai dan menyayanginya. Dengan berlalunya waktu, entah bagaimana, mereka membujuknya untuk memberikan empat laksa yang tersisa. Sehingga akhirnya brahmana tua tidak mempunyai uang sama sekali.
Beberapa waktu kemudian, brahmana tua pergi tinggal bersama putra tertuanya. Setelah beberapa hari, menantu perempuannya berkata kepadanya, “Apakah engkau memberi tambahan uang beberapa ratus atau ribu pada putramu yang tertua? Tidakkah engkau mengetahui jalan menuju rumah putra-putramu yang lain?” Mendengar hal itu, brahmana tua menjadi sangat marah dan ia meninggalkan rumah putra tertuanya dan menuju rumah putra keduanya.
Kata-kata yang sama dibuat oleh istri putra keduanya dan orang tua tersebut pergi menuju ke rumah putra ketiganya dan akhirnya ke rumah putra ke empat atau putera termuda. Hal yang sama terjadi di rumah semua putranya. Sehingga, orang tua tersebut menjadi tak berdaya; kemudian, dengan membawa tongkat dan mangkuk, ia pergi kepada Sang Buddha memohon perlindungan dan nasihat.
Di vihara, brahmana tua tersebut menceritakan pada Sang Buddha bagaimana putra-putranya telah memperlakukannya dan meminta pertolongan dari Beliau. Kemudian Sang Buddha memberinya beberapa syair untuk diingat dan menyuruh untuk mengucapkannya di tempat banyak orang berkumpul.
Inti dari syair tersebut adalah “Empat putraku yang bodoh bagaikan raksasa. Mereka memanggilku: “Ayah! Ayah!” Tetapi, kata-kata itu hanya keluar begitu saja dari mulutnya dan bukan dari hatinya. Mereka pembohong dan penuh tipu daya. Mengikuti nasihat istrinya, mereka mengusirku dari rumah mereka. Sehingga, sekarang saya harus mengemis. Putra-putraku itu bahkan tidak melayaniku dengan lebih baik dibandingkan tongkatku ini.”
Ketika brahmana tua itu mengucapkan syair-syair itu, banyak orang di keramaian tersebut mendengarnya, pergi dengan gusar menuju putra-putranya dan bahkan beberapa di antara orang-orang itu mengancam akan membunuh mereka.
Putra-putra brahmana tersebut menjadi ketakutan dan berlutut di kaki ayah mereka untuk meminta maaf. Mereka juga berjanji bahwa mulai hari itu mereka akan merawat ayah mereka dengan layak dan akan menghormati, mencintai, dan menghargainya. Kemudian mereka membawa ayah mereka ke rumah mereka; mereka juga memperingatkan istri-istri mereka untuk merawat sang ayah dengan baik. Bila para istri tidak merawatnya, maka mereka akan dipukul sampai mati. Setiap putra memberi sepotong kain dan mengirim satu nampan makanan setiap hari.
Brahmana tersebut menjadi makin sehat daripada sebelumnya dan berat badannya segera kembali ke berat semula. Ia menyadari bahwa ia mendapat siraman manfaat seperti itu atas jasa Sang Buddha. Maka ia pergi menghadap Sang Buddha. Dengan rendah hati memohon Beliau untuk menerima dua nampan makanan dari empat nampan yang biasa ia terima setiap hari dari putra-putranya. Kemudian ia menyuruh putra-putranya untuk mengirim dua nampan makanan kepada Sang Buddha.
Suatu hari, putra tertua brahmana itu mengundang Sang Buddha ke rumahnya untuk menerima dana makanan. Setelah bersantap, Sang Buddha memberi khotbah tentang manfaat yang diperoleh dengan merawat orang tua. Kemudian, Beliau bercerita kepada mereka tentang kisah seekor gajah Dhanapala yang merawat orang tuanya. Dhanapala ketika ditangkap merindukan orang tuanya yang ditinggal di hutan.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 324 berikut :
Pada musim kawin, gajah ganas bernama Dhanapalaka sukar dikendalikan; walaupun diikat kuat ia tetap tidak mau makan karena merindukan gajah-gajah lain di hutan.
Brahmana tua beserta empat putra dan istri-istrinya mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
VEGETARIAN
Ingin Bebas Katarak? Coba Jadi Vegetarian
Penelitian di Inggris mengatakan bahwa mengkonsumsi lebih banyak sayuran dapat mengurangi risiko katarak.
Dalam survei diet yang diikuti orang selama hampir 15 tahun, para peneliti menemukan bahwa sekitar 30% dari 50 orang yang mgkonsumsi daging cenderung menderita katarak dibanding dengan orang yang hanya mengkonsumsi sayuran.
"Orang yang tidak makan daging memiliki risiko yang jauh lebih rendah katarak berkembang," kata Naomi Allen, seorang ahli epidemiologi di Inggris Universitas Oxford yang menulis hasil studi ini.
Menurut Eye Institute, katarak terjadi bila lensa mata menjadi keruh, kabur penglihatan. Mereka lebih umum pada orang tua, dan lebih dari setengah orang Amerika baik sudah katarak pada saat mereka sedang berusia 80 atau telah menjalani operasi untuk mereka.
"Orang harus jadi vegetarian untuk dapat menghindari katarak," ujar Allen seperti yang dikutip Reuters Health.
Studi tidak membuktikan bahwa makan daging mempromosikan katarak. Makan banyak sayuran mungkin pelindung, misalnya - beberapa penelitian sebelumnya telah mengaitkan nutrisi tertentu dalam makanan nabati untuk menurunkan risiko katarak.
Pola makan vegetarian juga mungkin hanya menjadi tanda perilaku sehat lainnya yang berkontribusi menurunkan risiko katarak.
Merokok, diabetes, dan paparan sinar matahari terang juga dihubungkan dengan peningkatan risiko bagi katarak.
Gaya hidup lebih
"Sementara itu, temuan baru benar-benar bertentangan dengan sebuah penelitian yang dilakukan di India, yang diet vegetarian dikaitkan dengan angka tinggi katarak," kata Dr Jack Dodick, yang memimpin Departemen Oftalmologi di New York University Medical Center Langone.
"Ini berarti yang masih sampai hari ini kita tidak tahu apa yang mempengaruhi katarak Mungkin gaya hidup yang lebih.. Mungkin ada faktor lain dalam menyebabkan katarak selain diet," kata Dodick, pemimpin sebuah penelitian lain.
Para peneliti Inggris meminta lebih dari 27.600 orang yang lebih tua dari 40 tahun untuk mengisi survei makanan antara 1993 dan 1999. Kemudian dimonitor rekam medis para partisipan antara 2008 dan 2009 untuk melihat apakah mereka terkena katarak. Hampir 1.500 telah terkena katarak selama masa tindak lanjut itu.
Risiko tertinggi terlihat di antara pemakan daging terberat-- mereka yang mengkonsumsi lebih dari 100 gram daging sehari-hari. pemakan daging Moderat hanya sedikit kurang mungkin mengembangkan katarak.
Pemakan ikan berisiko 15% lebih rendah dibandingkan dengan pemakan daging berat, vegetarian 30% lebih rendah.
"Apakah gizi benar-benar memainkan peran dalam risiko katarak masih belum diketahui jelas, katanya.
"Ini umumnya diterima bahwa jika Anda tinggal cukup lama semua orang akan terkena katarak," pungkas Dodick.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar